Penyertaan Tuhan dalam Masa Pengangguranku

Sejak dari akhir Mei hingga September kemarin merupakan masa-masa yang sulit bagi hidupku tetapi sekaligus masa-masa dimana aku disadarkan kembali akan besarnya kemurahan Tuhan bagi hidupku.

Akhir Mei tahun ini, aku mengundurkan diri dari perusahaanku dan aku yakin bahwa aku akan segera mendapatkan pekerjaan pengganti dengan cepat, tetapi fakta berkata lain. Dengan berpegang kepada idealisme diri yang sebenarnya tidak idealis juga, aku tetap bersikeras untuk melamar pekerjaan yang aku sukai atau perusahaan yang bidang bisnisnya aku sukai, tetapi ternyata sangatlah susah untuk mencapai pekerjaan yang aku inginkan. Banyak lowongan sudah kuberikan ke perusahaan-perusahaan tetapi tidak semuanya memproses lamaranku, dan ketika ada yang memproses lamaran, aku gagal pada tahap interview. Tabungan yang sudah kupersiapkan untuk bertahan hidup selama masa pengangguran pun tidak cukup sehingga aku harus meminta bantuan pada orang tuaku. Pada masa pengangguran ini aku bahkan seperti orang yang lupa jati diri dan menjadi rendah diri. Teman dekatku memberikan komentar bahwa aku yang dulunya optimis pada saat itu entah dimana, aku jadi takut berhubungan dengan orang-orang di pekerjaanku sebelumnya, dan bahkan aku agak trauma dengan proses interview. 

Aku hampir kehilangan harapan di dua bulan awal masa-masa pengangguranku, terutama ketika aku ditolak di salah satu perusahaan (yang menjadi salah satu sumber trauma interviewku) dikarenakan pada saat interview aku terlalu gugup dan bahasa Inggisku menjadi belepotan (interviewnya dilakukan dengan bahasa Inggis). Di tengah kesedihan karena gagal interview tersebut, aku yang ingin mendapatkan penghiburan dari orang tuaku malah mendapatkan kritikan yang membuatku hampir depresi waktu itu. Aku masih ingat betapa banyak air mata kesedihan dan kehancuran yang aku keluarkan malam itu serta kekecewaanku kepada orang tuaku. 

Di tengah masa-masa suram hidupku ini, kemurahan Tuhan justru terlihat sangat nyata. Bukan karena Dia langsung memberikan pekerjaan bagiku di minggu atau bulan berikutnya karena faktanya 2 bulan kemudian aku baru bekerja, tetapi justru karena lewat masa-masa yang kuanggap suram dalam hidupku inilah, Dia mengembalikanku, mengarahkan mataku kembali untuk melihat kepada Dia, pencipta dunia dan diri ini, yang seharusnya menjadi pusat dari segala hal yang kulakukan di hidup ini. Dalam masa-masa pengangguran inilah aku belajar berserah sepenuhnya kepada Tuhan, belajar beriman dan menyerahkan ambisi pribadi kepada Sang Pencipta.

Aku sangat menikmati penyertaan Tuhan dalam masa-masa yang kuanggap suram itu. Kekecewaanku kepada orang tuaku pun perlahan hilang dan aku jadi melihat betapa mereka mengasihiku, hal yang paling signifikan terlihat dari papaku yang akhirnya menyarankanku untuk bekerja di bidang yang akan aku nikmati, bukan apa yang menjadi idealisme papaku, dan mamaku yang tidak menuntutku untuk mempunyai gaji yang besar. Mamaku bahkan memberikan saran bahwa tidak masalah kalau gaji lebih kecil yang penting aku bisa menikmati pekerjaanku dan tidak sering lembur (karena sebelumnya aku bekerja sebagai konsultan yang sering membuat mereka khawatir :D). Banyak hal lain lagi yang kunikmati pada masa "suram" ini, seperti relasi dengan adik-adik kelas di kampus yang saling menguatkan, belajar hidup sederhana, punya banyak waktu untuk menonton dan membaca, relasi dengan mbak kost, dan pelayanan di gereja yang akhirnya bisa dilaksanakan setelah hanya menjadi resolusi dari tahun-tahun sebelumnya. 

Ayat-ayat Alkitab yang sangat menguatkanku pada "masa-masa suram"ku adalah Pengkhotbah 9:4 dan Amsal 3: 5-7:

"Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati." -Pengkhotbah 9:4

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;" -Amsal 3:5-7

Dari 4 ayat di atas aku ingatkan bahwa selama aku hidup, aku masih diberi kesempatan untuk memuliakan Tuhan, untuk menikmati jerih payahku dan belajar mengasihi orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku, serta untuk benar-benar percaya dan berserah kepada Tuhan. Ketika aku benar-benar berserah dan menurut Tuhan aku sudah siap, Tuhan akhirnya memberikan pekerjaan padaku, setelah 4 bulan menganggur, pekerjaan yang melebihi ekspektasi yang sudah aku pasrahkan kepada Tuhan dimana sekarang aku hanya bisa bersyukur akan kemurahkan Tuhan ini.

Dengan menulis di blog ini, aku berharap tulisan ini dapat mengingatkanku kembali, betapa seharusnya aku bersyukur karena masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk bekerja ketika aku sudah mulai tidak bersyukur akan pekerjaanku sekarang.

Comments

  1. I like your post...
    I ever felt that...
    :)

    ReplyDelete
  2. I like your post...
    I ever felt that...
    :)

    ReplyDelete
  3. bener banget ciiii, persis banget sama kisahku hahaha memang jawaban Tuhan tuh selalu indah pada waktuNya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts