Mata Kapak yang Tenggelam

Lari dari Tuhan adalah hal yang paling sering aku lakukan ketika aku jatuh. Bukannya mendekatkan diri kepada Tuhan yang aku lakukan, melainkan menghindari untuk berhubungan denganNya. Dengan tumpukan perasaan tidak layak dan bersalah, diriku malah semakin tenggelam dalam kejatuhan tersebut. Sifat tertutupku membuat aku tidak mau terbuka kepada orang lain, bahkan orang tuaku atau sahabat terbaikku sekalipun sehingga menyebarlah satu virus lagi dalam diriku selain perasaan tidak layak dan bersalah, yaitu perasaan sendiri.

Teringat lagi akan firman Tuhan yang aku dengar beberapa waktu yang lalu. Firman itu tentang kapak timbul mengapung dalam 2 Raja-raja 6: 1-7. Yang ditekankan dalam firman tersebut oleh hamba Tuhan yang membawakannya adalah bagaimana sikap pekerja yang mata kapaknya jatuh ke dalam air. Pekerja yang telah kehilangan mata kapaknya telah menjadi pekerja yang tidak berguna lagi. Untuk menanggapi masalah yang menimpahnya, pekerja ini harus menentukan langkah apa yang akan dia pilih agar masalah ini selesai. Langkah-langkah yang mungkin dia ambil adalah sebagai berikut.

  1. Menyerah dan tidak mau bekerja lagi.
  2. Berpura-pura tetap bekerja dengan kapak yang tidak bisa digunakan lagi.
  3. Meminta pertolongan kepada orang lain.
Di antara ketiga pilihan tersebut, pekerja tersebut memilih nomor yang ke-3, pilihan yang berat jika aku menjadi pekerja tersebut karena aku harus mengungkapkan kesalahanku kepada orang lain. Sebagai akibat dari pilihan pekerja tersebut, nabi Elisa datang dan menolong orang tersebut dengan cara melemparkan sepotong kayu ke dalam air tersebut, dan sebagai hasilnya mata kapak tersebut mengapung kembali.

Mungkin kondisiku sekarang seperti pekerja yang telah kehilangan mata kapaknya, aku telah jatuh dan merasa tidak berfungsi, tetapi sayangnya aku tidak memilih pilihan nomor 3, melainkan aku malah memilih pilihan nomor 2, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, pilihan yang sangat tidak bijak. Berkabung dalam duka yang dibuat sendiri, aku benar-benar ingin keluar dari kondisi ini tetapi bingung bagaimana melakukannya, aku sangat takut orang lain mengetahui kelemahanku, takut topeng ini terbuka dan wajah di belakangnya terpapar dengan jelas. Semakin dipikirkan, semakin aku tidak menemukan cara lain selain kembali padaNya. Tampaknya aku memang harus berbicara empat mata dengan Sang Pencipta karena Dia yang telah menciptakanku dan tampaknya Dia lebih tahu tentang diriku daripada aku sendiri. Rasanya sangat berat untuk datang kepadaNya, kekudusan dan kemuliaanNya terlalu menyilaukan bagiku dan bila mengingat kebaikanNya, aku menjadi takut memanfaatkan kebaikkanNya itu...

Harus segera melakukan rekonsiliasi sebelum semuanya terlambat. Semoga teman-temanku tidak memilih jalan yang salah seperti aku.



Comments

  1. sama nie yollan.. aku jg kyk gitu, klo bikin dosa.. pasti bawaannya pengen ngumpet dari Tuhan.. sm kyk Adam dlu.. sm2 ngumpet ni..wekeke

    jstru kadang di ngumpet itu.. aku jatohnya makin dalem... n makin mikir.. "Apa Tuhan masi mau terima aku yg kyk gini? bebal banget gitu loh?"

    tapi toh, Tuhan mencari Adam yang ngumpet..
    dan aku ngerasa begitu jg Tuhan pada aku, kamu, kita, xlian. Cm ke Dy yang macem aku bisa cerita segala ssuatu. Dan kadang sharing ke temen pun bs saling menguatkan (yg aku sulit lakukan)

    n ini ada oleh-oleh ayat abis baca2..

    "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).


    Tuhan qta setia n adil.. tapi aku...????
    ngggg

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts