Love == Stress

Stress... Itulah yang aku rasakan beberapa hari ini. Stress bukan karena tugas-tugas, tetapi stress dengan diri sendiri yang terlalu egois dan sensitif. Kenapa egois? karena aku mau temanku hanya untuk diriku sendiri, bukan dishared. Aku mau mereka setia. Aku mau mereka menjadi seperti yang kuinginkan. Aku mau ketika aku menyakiti mereka, mereka tetap akan setia dan kembali lagi layaknya hachiko. Ketika teman-temanku melanggar apa yang menjadi rules dalam diriku, aku akan kecewa, bad mood, dan menjauhi mereka.

Tetapi ternyata sifat egoisku ini hanya membawaku kepada kehancuran. Perlahan-lahan aku merasa kehilangan teman-teman dan sendiri. Perasaan untuk tidak pernah mempercayai siapa pun lagi pun muncul. Berulang kali di pikiranku muncul pikiran-pikiran, seperti "no one is trustworthy", "don't attach yourself to others", "better to live alone than to be hurt", "it's better be cold blooded woman." Ketika aku berada dalam kondisi seperti ini, semua kebaikan temanku hilang bagaikan uap. Yang tertinggal hanya kenangan buruk dan tidak menyenangkan.

Susah sekali untuk berpikir positif dan kembali memperbaiki hubungan yang telah retak. Rasanya biarpun telah diperbaiki tetap ada bekas yang tersisah, tidak sempurna lagi seperti dulu. Tapi, ketika melihat bekas retakan itu, ada dua pikiran yang muncul di otak ini, yang pertama adalah pikiran untuk menjadikan bekas retakan itu sebagai suatu pelajaran dan memperbaiki sifat jelekku, dan yang kedua adalah pikiran untuk memasang tameng setebal-tebalnya dari orang-orang di sekelilingku agar tidak ada lagi sakit hati dan rasa kecewa.



Stress... Stress karena merasa semakin aku ingin berubah semakin aku tidak sanggup untuk berubah. Aku tidak bisa membayangkan Yesus Kristus yang tetap mau mengasihi biarpun tahu bahwa Dia akan disakiti. Yang logikaku tangkap dari sikap Yesus Kristus adalah bahwa Dia hanyalah orang bodoh, yang mau dipermainkan dan dirugikan. Salah seorang temanku pernah berkata kepadaku bahwa semakin aku ingin menjauh dari Tuhan, maka semakin Dia akan mendekatiku dan mengasihiku, dan responku waktu itu hanyalah pikiran  bahwa ternyata Tuhan itu merepotkan, sangat-sangat merepotkan, kepo. Tetapi sekarang satu hal yang aku sadari, yaitu apa yang Yesus Kristus lakukan dan apa yang dikatakan oleh temanku adalah kasih yang sebenarnya, tidak menuntut apa-apa, siap terluka, dan tetap mengasihi biarpun dilukai.

Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud.  It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs.  Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres.(1 Corinthians 13: 4-7 (New International Version)).

Ada satu statement yang sangat aku ingat di drama Meteor Garden 2, yaitu statement yang diucapkan oleh Vic Zhou, "Mencintai bukan berarti harus memiliki, tetapi mencintai adalah membuat orang yang kita cintai itu dapat bahagia", kalau tidak salah seperti itu intinya, aku agak-agak lupa.  Bisakah aku mengasihi teman-temanku dan orang-orang di sekelilingku seperti statement yang diungkapkan oleh Vic Zhou, terlebih lagi seperti Kristus mengasihi ? Untuk sekarang aku tidak bisa berharap banyak. Semakin mencoba, semakin aku merasa putus asa.

Comments

Popular Posts